Site icon Pustaka Sekolah

3 Jurus Royal Golden Eagle Dalam Merawat Hutan

Source: RGEI

Indonesia memang termasuk ke dalam sepuluh negara dengan area hutan terluas di dunia. Namun, jika tidak dirawat, hutan bisa hilang dalam beberapa tahun ke depan. Merasa terpanggil untuk menjaga kelestarian alam, Royal Golden Eagle (RGE) membuat beberapa langkah untuk merawat hutan.

Grup yang dulu bernama Raja Garuda Mas ini merasa berkewajiban untuk menjaga kelangsungan hutan di negeri kita. Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang pemanfaatan sumber daya alam, mereka tahu persis potensi hutan di Indonesia. Kekayaannya begitu berlimpah dan berpengaruh besar terhadap kehidupan rakyat sehingga perlu dijaga.

Bagaimana tidak, menurut data dari Convention on Biological Diversity Secretariat, luas hutan di Indonesia mencapai 884.950 km persegi. Luas itu membuat negeri kita berada di peringkat kesembilan dalam daftar negara dengan area hutan terluas di dunia.

Tak heran, banyak orang yang menggantungkan hidup dalam industri kehutanan di Indonesia. Menurut data yang dirilis oleh Berita Satu, Kementerian  Lingkungan Hidup dan Kehutanan memperkirakan ada sekitar 60 juta orang yang menyandarkan hidupnya di industri tersebut. Jumlah itu tak bisa dipandang remeh karena mencapai lebih dari 24 persen populasi penduduk negeri kita.

Menilik beragam fakta tersebut, kelestarian hutan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Selain demi menjaga hajat hidup banyak orang, hutan berperan penting dalam menjaga keseimbangan iklim. Jika hutan rusak karena tak dirawat, semua pihak akan terkena dampak negatifnya.

Royal Golden Eagle yang memiliki prinsip kerja untuk membantu masyarakat, negara, serta berkewajiban menjaga keseimbangan iklim segera bergerak. Mereka menggelar tiga langkah penting dalam mempertahankan kelestarian hutan dan rimba di Indonesia.

Apa saja langkah RGE tersebut? Berikut ini pemaparannya.

KONSERVASI HUTAN

Source: Kompasiana

Fakta mengenaskan tengah terjadi di Indonesia. Laju penurunan luas hutan di negeri kita berjalan begitu cepat. Sampai-sampai, Direktur Penyidikan dan Perlindungan Hutan Departemen Kehutanan Ir. Noor Hidayat, MSc, berani memperkirakan bahwa pada 2020 nanti, area hutan hanya akan tinggal sepuluh persen dari total luas pada 2016.

Noor bisa memprediksi demikian karena melihat laju deforestasi hutan yang begitu cepat.  Pada 1997, area hutan yang hilang per tahun baru mencapai 1,8 juta hektare. Namun, pada 2002, jumlahnya telah meningkat menjadi 2,8 juta hektare per tahun.

Royal Golden Eagle tahu persis kondisi menyedihkan tersebut. Maka, perusahaan yang pernah bernama Raja Garuda Mas ini memutuskan untuk melakukan perlindungan hutan. Caranya ialah menjaga hutan dengan menjadikannya area konservasi.

RGE bahkan membuat program khusus yang mereka namai sebagai program Satu Banding Satu. Dalam kegiatan ini, Royal Golden Eagle berkomitmen untuk melakukan konservasi sebanding dengan kebutuhan proses produksi. Secara nyata, RGE akan melindungi hutan seluas satu hektare setiap kali ada satu hektare yang dipakai untuk perusahaan.

Sampai saat ini, tercatat sudah ada 250 ribu hektare hutan di wilayah konsesi Royal Golden Eagle yang mendapat perlindungan khusus. Mereka ditetapkan menjadi area konservasi sehingga kelestariannya dipastikan terjaga.

Untuk memastikan program Satu Banding Satu berjalan dengan baik, RGE membuat komite independen yang bertindak sebagai pengawas. Mereka melakukan beragam kajian untuk memastikan upaya merawat hutan tersebut berjalan sesuai rencana.

Langkah yang diambil oleh Royal Golden Eagle ini terbilang berani. Sebelum mereka belum pernah ada perusahaan lain di dunia yang berani melakukan langkah serupa dengan menjalankan konservasi hutan seluas yang dipakai.

PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN

Source: Kompas

Laju deforestasi di Indonesia begitu cepat. Ada banyak problem yang melatarbelakanginya. Namun, kebakaran hutan menjadi salah satu penyebab terbesar penyusutan hutan di negeri kita.

Jika diperinci, kebakaran hutan juga muncul akibat masalah yang kompleks. Faktor iklim berpengaruh seperti udara panas. Namun, kebiasaan buruk masyarakat tak kalah membahayakan.

Harus diakui, banyak orang yang senang menjalankan sistem pertanian dan perkebunan berpindah. Mereka membuka lahan untuk bercocok tanam. Langkah yang dipilih akhirnya adalah pembakaran karena dirasa lebih efisien.

Atas dasar ini, Royal Golden Eagle memutuskan untuk menjalankan program pengendalian kebakaran hutan. Mereka akhirnya menggagas sebuah kegiatan yang dinamai Desa Bebas Api.

Program Desa Bebas Api merupakan sebuah terobosan penting dalam pengendalian kebakaran hutan. Pasalnya, sifat kegiatan ini berbeda dibanding yang lain. Desa Bebas Api lebih bersifat antisipatif. Artinya, tujuannya ialah mencegah kebakaran agar tidak terjadi. Sebelumnya, penanganan kebakaran hutan lebih banyak yang merupakan respons atas insiden yang terjadi.

Untuk melakukannya, Royal Golden Eagle bekerja sama dengan masyarakat. Caranya ialah dengan memberi insentif bagi desa yang berhasil menjaga wilayahnya bebas dari kebakaran hutan per tahun. Dana yang diberikan itu dapat dipakai untuk pemberdayaan masyarakat desa ataupun pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan.

Bersamaan dengan itu, RGE melatih sejumlah warga untuk menjadi tim reaksi cepat kebakaran. Mereka diajari cara penanganan api yang benar. Royal Golden Eagle juga memberi bantuan berupa peminjaman alat pemadam kebakaran hingga helikopter yang dapat dipakai untuk memadamkan api.

Grup yang bernama awal Raja Garuda Mas ini mulai merintis Desa Bebas Api pada 2014. Mulanya dulu hanya ada sembilan desa yang berpartisipasi. Namun, melihat kesuksesan yang diraih, banyak desa lain yang tergiur ingin mengikutinya. Akhirnya, hingga kini sudah ada 20 desa lebih yang ikut serta menjadi bagian Desa Bebas Api.

Dampak positif akhirnya ikut muncul. Tingkat kebakaran hutan dan lahan di sejumlah daerah program Desa Bebas Api menurun hingga 90 persen. Bahkan, ada sejumlah kawasan yang tidak dilanda kebakaran sama sekali.

RESTORASI HUTAN RUSAK

Source: Rekoforest

Saat ini banyak hutan yang sudah telanjur rusak. Hal itu sangat disesalkan, namun bukan berarti hutan yang telah terdegradasi tersebut tidak bisa dipulihkan lagi. Jika dilakukan proses restorasi, hutan bisa berfungsi normal seperti sedia kala.

Atas dasar itu, Royal Golden Eagle akhirnya melakukan sebuah proses restorasi hutan yang komprehensif. Mereka menamainya sebagai Restorasi Ekosistem Riau.

RGE memulai Restorasi Ekosistem Riau pada 2013. Dalam program tersebut, grup yang pernah bernama Raja Garuda Mas ini mengelola lahan gambut seluas 150 ribu hektare di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang di Provinsi Riau.

Kawasan itu sebelumnya dikenal sebagai salah satu lahan gambut terluas di Asia Tenggara. Perannya bagi keseimbangan iklim di dunia sangat penting. Namun, sayang sekali, fungsinya sudah menurun drastis karena kerusakan yang diakibatkan oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab.

Royal Golden Eagle akhirnya berani mengambil langkah besar. Mereka rela mengucurkan dana sekitar 100 juta dollar Amerika Serikat demi pengembalian fungsi hutan gambut di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang. Dana itu akan dipakai untuk menjalankan program Restorasi Ekosistem Riau selama sepuluh tahun ke depan.

Meski begitu, komitmen RGE untuk memperbaiki dan menjaga ekosistem Riau tidak berhenti dalam sepuluh tahun. Sejak 2013, mereka telah mendapatkan izin eco-restorasi dari Kementerian Kehutanan selama 60 tahun di Semenanjung Kampar. Hal itulah yang dijadikan jaminan bahwa proses restorasi hutan yang dilakukan oleh Royal Golden Eagle tidak akan berhenti di tengah jalan.

nilah tiga langkah penting yang dipilih oleh Royal Golden Eagle dalam merawat hutan di Indonesia. RGE berharap hal-hal tersebut mampu berdampak positif dalam menjaga keseimbangan iklim yang menjadi tujuan perusahaan.[ps]

Exit mobile version