Inilah Penyebab Gempa Bumi Tektonik
Apa yang menyebabkan gempa bumi? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, pertama-tama kita harus mengetahui dulu hal ini untuk membantu memiliki pemahaman tentang komposisi Bumi.
Bumi terdiri dari
- Inti dalam yang padat
- Inti luar yang cair
- Mantel tebal dan sebagian besar padat, yang merupakan sekitar 84 persen dari total volume bumi
- Kerak yang relatif tipis, dengan ketebalan bervariasi antara 5 sampai 50 km.
Kulit luar bumi bukanlah permukaan yang terus menerus bergerak. Itu terdiri dari segmen besar yang disebut lempeng tektonik. Gempa bumi terjadi di sepanjang batas antara lempeng tektonik atau di lokasi retakan di dalam lempeng, yang disebut sesar.
Apa yang menyebabkan gempa bumi tektonik?
Lempeng tektonik yang membentuk kerak bumi bergerak terus menerus. Saat tepi lempeng ini bergerak dan bertumbukan satu sama lain di zona patahan, ini memperlambatnya dan menyebabkan penumpukan tekanan dalam jangka waktu yang lama. Ketika kekuatan lempeng akhirnya berhasil berhasil mendorong, maka bagian-bagian kerak akan melepaskan tekanan terpendam dalam bentuk gelombang seismik. Ini adalah gempa bumi yang terjadi secara alami, kadang-kadang disebut sebagai gempa tektonik.
Lempeng tektonik (juga disebut lempeng litosfer) adalah lempengan batuan padat masif yang bentuknya tidak beraturan, dan dibedakan menjadi dua yaitu terdiri dari litosfer benua dan samudra. Ukuran lempeng bisa sangat bervariasi, dari beberapa ratus hingga ribuan kilometer; Lempeng Pasifik dan Antartika termasuk yang terbesar. Ketebalan lempeng juga sangat bervariasi, mulai dari kurang dari 15 km untuk litosfer samudera muda hingga sekitar 200 km atau lebih untuk litosfer benua purba (misalnya, bagian dalam Amerika Utara dan Selatan).
Kerak benua tersusun dari batuan granit yang tersusun dari mineral yang relatif ringan seperti kuarsa dan feldspar. Sebaliknya, kerak samudera terdiri dari batuan basaltik, yang jauh lebih padat dan lebih berat. Variasi antara keduanya adalah cara alam untuk mengkompensasi ketidakseimbangan dalam berat dan densitas kedua jenis kerak tersebut. Karena batuan benua jauh lebih ringan, kerak di bawah benua jauh lebih tebal (sebanyak 100 km) sedangkan kerak di bawah lautan umumnya hanya setebal 5 km. Seperti gunung es, yang hanya ujungnya terlihat di atas air, benua memiliki “akar” yang dalam untuk menopang ketinggiannya.